Hai ..
Akhirnya saya nyoba pakai Go Jek juga. Sebenernya sih bukan Go Jek, tapi Go Shopping dan Instant Courier. Kalau kalian pernah order aplikasi Go Jek, pasti sering lihat di menu pilihan order Ojek, Kurir, Shopping atau Food. Nah, kali ini saya mau share pengalaman pakai Go Shopping dan Instant Courier.

1. Instant Courier
Sebelum Go Jek setenar ini, saya sebelumnya tahu dan pernah menggunakan jasa Go Jek untuk mengantar barang. Sekitar tahun 2011, teman saya memberitahu saya kalau butuh kurir kirim paket mengantar kontrak kerjasama, pakai Go Jek aja karena dia sering pakai itu. Waktu itu kurir kantor saya masih sedikit dan load pengiriman banyak, jadi saya sering nggak kebagian. Biayanya kalau nggak salah masih 30ribuan satu kali antar, dengan sistem order lewat telpon lalu kurir yang dipesan ambil dokumen dulu ke kantor saya, setelah itu mereka mengantar ke tempat tujuan.

Setelah kurir kantor mencukupi, kami sedikit demi sedikit tidak menggunakan Go Jek lagi. Ternyata setelah empat tahun berlalu, Go Jek menjadi perbincangan dimana-mana karena semakin berkembang pesat melalui jasa kurir dengan segala kebutuhan.

Bulan lalu, saya dimintai tolong mertua saya untuk pesan Go Jek karena waktu itu mau kirim makanan ke adiknya. Setelah saya download lalu keluar pilihan menu ; instant courier, ojek, transport, Go-Food dan shopping.

Untuk mengantar barang, pilihannya instant courier.



Read More
Hari ini kebetulan saya diajak adik saya ke tempat langganan dia beli kopi. Fyi, adik saya ini sangat adiksi pada kopi. Bukan karena film filosopi kopi tapi memang sudah terlihat dari sebelum-sebelum ini. Dia pernah ikut lomba racik kopi yang diadakan oleh coffee shop 'kekinian'. Beberapa kali sempat tergerak melamar kerja sebagai Barista.

Nah akhirnya baru beberapa bulan terakhir ini, niatnya mendalami kopi kesampaian. Ia dan beberapa temannya mendirikan bisnis kecil-kecilan yaitu jualan kopi. Dimulai dari ikut les kilat tentang kopi. Niat awalnya, mau buka coffee shop, tapi karena belum cukup modal, adik saya dan temannya ini memulai dengan jualan biji/bubuk kopi. Selain itu, kalau ada event tertentu biasanya ikut buka stand kopi.

Setelah beberapa lama, akhirnya tim adik saya ini diajak kerjasama oleh salah satu private client mereka untuk join bisnis. Akhirnya keinginan buka coffee shop sebentar lagi tercapai, walaupun coffee shop yang akan dibuka tidak boleh untuk umum karena terikat kontrak hanya untuk karyawan perusahaan. Namanya juga bisnis, mungkin dari sini nanti jalannya akan kebuka.

Balik lagi ke cerita tadi siang, saya diajak ke sebuah tempat jual beli biji kopi dan alat-alatnya. Kata adik saya, tempat ini terkenal dikalangan 'orang-orang kopi'. Beberapa coffee shop terkenal pun ambil barang dari sana.

Kalau dari luar, hanya seperti rumah biasa. Tidak ada plang nama spesifik tempat penjualan biji kopi. Tapi saat masuk, ada resepsionisnya yang tidak terlalu formal duduk di depan pintu. Dibelakang resepsionis ada tembok yang memisahkan sebuah ruangan dan ternyata itu ruang tunggu yang sengaja dibuat tidak terlalu formal juga, ada kursi meja dan tentu saja alat membuat kopi, mungkin digunakan untuk tester. Ada buku jenis alat dan price listnya.

Disekeliling ruang tunggu ada lemari penuh alat-alat membuat kopi dari berbagai jenis. Mulai dari yang manual sampai otomatis. Saking banyaknya saya hanya bisa bengong. Ada juga satu lemari yang isinya contoh biji kopi.

Adik saya sudah janjian dengan marketingnya, tapi karena si mba sedang menyiapkan pesanan adik saya, jadi kami disuruh menunggu. Saya sempat foto-foto apa saja yang ada di ruangan itu. Norak ya hahahaha. Maklum lah selama ini saya cuma minum kopi sachet, paling keren minum di coffee shop. Tapi, berkat hobi adik saya, akhir-akhir ini sering kecipratan icip kopi dari berbagai daerah yang dibuat dari berbagai alat kopi.

Satu hal yang terlintas, "Ngopi aja kok ribet!"

Read More


Hai buibu..
Sebelumnya saya pernah ngepost persiapan kebutuhan bayi sebelum melahirkan disini. Setelah bayi saya 9 bulan, rasa-rasanya saya ingin review dari list yang saya rinci apa saja yg terpakai dan tidak terpakai. Di postingan sekarang, saya bedakan kebutuhan primer, sekunder dan tersier ya buibu. Biar keliatan, primer itu penting banget, sekunder itu penting sedangkan tersier kurang penting atau bisa dibilang silahkan dibeli kalau memang ada uangnya, kalau nggak ya nggak pengaruh apa-apa.

Dari segitu list yang saya rinci disini ternyata masih ada loh barang yang nggak terpakai sama sekali, padahal saya belanja sengaja dikit-dikit menghindari uang kebuang-buang, maksudnya sih biar hemat hahahaha. Daripada buibu jadi boros, mending baca postingan saya dulu, yuk cus !

Kebutuhan primer.
Baju semua terpakai alhamdulillah yaaaa walaupun ada satu dua yang kelupaan trus tau-tau udah nggak muat, biasanya dari kado yang disimpen di lemari jauh dari pandangan mata. Jadi saya agak missed sama kado.

Rincian primer 
Sehari-hari:
1. All baju + celana
2. Bedong (terpakai cuma selama di rs dan 1-2hari di rumah)
3. Kaos kaki + sarung tangan bayi (terpakai seminggu)
4. Selimut bayi
5. Alas ompol
6. Pospak (Diapers)

Alat Mandi :
1. Bak mandi
2. Sabun + sampo
3. Minyak telon
4. Hair lotion
5. Cologne
6. Krim Diapers
7. Kapas + wadah
8. Gunting kuku
9. Tissue basah + kering
10. Cotton buds
11. Baby oil
12. Handuk


Rincian Sekunder 
1. Feeding Set :
Karena Maliq Asix jadi yang dibutuhin hanya botol + dot (merk Pigeon). Steam sterilizer / bottle warmer / container susu. semuanya tidak terpakai karena biasanya setelah asip dimasukan ke botol, asip dihangatkan dengan air panas dalam mangkok / wadah. Lebih cepat dan praktis.

Selain itu, perlengkapan ibu perah (jika ibu memerah asi), seperti : pompa asi, kantong/botol asip, tas asi / cooler bag dan ice gel.

2. Stroller (bisa jadi tersier, tergantung kebutuhan ibu)
Karena saya biasakan Maliq bobo di stroller dari bayi, jadi stroller itu bagaikan benda penting yang selalu kami bawa kemana-mana. Apalagi saat diluar rumah, selalu dan pasti pakai stroller untuk bobo. Sore hari pun biasanya Maliq dibawa jalan-jalan menikmati sore, supaya dia nggak bosen di rumah.

Tapiiiii.. Kalau bayi suka di rumah dan jarang dibawa keluar, stroller bisa jadi kebutuhan tersier.

3. Gendongan / baby carrier
Selama bayi masih enteng sih saya seringnya nggak pakai gendongan tapi sejak berat badan bayi meningkat pesat, saya beli kain jarik untuk gendong bayi. Biasanya saya pakai hanya didalam dan sekitaran rumah. Saya punya kurang lebih 4 jenis gendongan, tapi yang terpakai hanya kain jarik, sisanya Maliq nggak suka, seringnya nangis. Apalagi pakai jenis gendong kangguru (jenis ergo baby carrier), seringnya nangis nggak betah.

Rincian Tersier
1. Bouncer
Dipakai saat bobo-bobo cantik aja atau saat ibu pegel, trus bayi ditaro depan tv biasanya pakai bouncer.

2. Car Seat
Mungkin Maliq salah satu bayi yang nggak bisa diam, seringnya selama perjalanan menggunakan mobil, Maliq hanya bertahan setengah perjalanan untuk duduk di car seat kecuali dia lelah trus bobo. Kalau dalam keadaan semangat dia pasti minta turun. Mungkin juga karena kami pergi seminggu hanya sekali, malah kadang 2 minggu sekali, jadi bagi Maliq duduk di car seat itu tidak menyenangkan.

3. Baby Bather
Tempat duduk mandi ini baru dipakai saat Maliq usia diatas 4 bulan. Karena duduknya sudah mulai agak tegak. Tapi, semakin besar, malah Maliq lebih suka mandi di bak karena bisa main air dan bebek-bebekan sambil berendam.

4. Bottle Warmer
Sudah saya singgung diatas, biasanya saya menghangatkan asip dari air panas yang direbus langsung di kompor. Bottle warmer hanya dipakai saat pergi dan itu pun belum pernah saya lakukan, karena pasti Maliq menyusu langsung ke saya tanpa botol. Bottle warmer punya Maliq never been used.

5. Baby box / baby crib
Saya punya baby box, guling bantal, seprei lucu-lucu dan tirai anti nyamuk yang sudah dipersiapkan dengan penuh cinta tapi sama sekali nggak terpakai. Mungkin karena memang saya biasa kan Maliq tidur disamping saya. Kenapa ? Karena saat usia 0-3 bulan dan bayi masih sering begadang disertai nangis tengah malam, saya lebih memilih bayi ditaro disamping saya. Menghemat energi saya bulak balik ke baby box dan yang terpenting menghemat tenaga saya. Ngantuk bok! bulak balik bangun sejam sekali buat nyusuin. Mending ditaro disamping saya, jadi pas nangis langsung nyusuin, saya pun bisa tidur-tidur ayam. Lumayan :))

Nah rincian diatas bisa jadi acuan buibu, tapi balik lagi sih ke buibu sendiri, gimana memperlakukan / membiasakan bayinya. Kalau ada uangnya ya silahkan beli, kalau mau hemat ya bayi juga tidak terlalu butuh. Kebutuhan bayi sebenarnya karena kita yang membiasakannya juga. Semakin kita memperlakukan bayi sesederhana mungkin, semakin nggak ribet kebutuhannya.

Semoga tulisan saya ini membantu ya buibu :)


Cheers,
L
Read More


Assalamualaikum bloggy,

Ramadhan ini saya ingin berbagi cerita nyata dari kedua orang tua saya. Semoga cerita ini jauh dari sifat riya (naudzubillahimindzalik), karena memang diceritakan agar dapat diambil manfaatnya dan bisa kita contoh di keseharian kita.

Seingat saya waktu itu ramadhan kejadiannya. Orang tua saya pergi ke pasar untuk menggandakan kunci rumah. Mereka pergi ke tukang kunci yang pernah beberapa kali didatangi. Seperti biasa, tanpa banyak bicara, bapak saya menginstruksikan kepada tukang kunci untuk menggandakan kuncinya. Saat si tukang kunci itu bekerja, bapak saya seperti sadar kalau si tukang kunci itu tampak sulit menggerakan tangannya.

Seperti kebanyakan orang pada umumnya, bapak dan ibu saya bisik-bisik sambil curiga ke si tukang kunci itu. Nggak lama setelah itu, bapak saya akhirnya nanya, kenapa kok sepertinya ada kesulitan. Dengan wajah yang sudah tidak bisa dijelaskan, si tukang kunci itu akhirnya jujur kalau tangan kanannya baru saja struk ringan, jadi sulit untuk bekerja seperti biasa.

Tanpa disuruh, bapak saya lalu minta ijin untuk memijit tangan si tukang kunci itu, dengan tujuan agar tidak terlalu tegang. Lalu, bapak saya bilang, kerjain aja pelan-pelan, saya nggak buru-buru. Beberapa lama setelah itu akhirnya kerjaan si tukang kunci itu selesai. Dia sempat cerita seraya kerja kalau struk ringan yang dia alami baru saja terjadi. Tapi, dia tetap kerja karena hanya itu keahliannya.

Bapak ibu saya tentu merasa iba, lalu melebihkan bayaran dari yang seharusnya. Lalu mereka pulang ke rumah. Tanpa cerita apa-apa kepada kami, anak-anaknya.

Keesokan harinya baru lah ibu saya cerita kepada saya dan adik-adik saya tentang si tukang kunci. Ibu bilang, kemarin mereka bantu tukang kunci padahal bapak sebenarnya sedang tidak punya uang. Tapi ibu bilang, bapak selalu percaya kalau kita ikhlas sedekah, Allah lipat gandakan uang kita. Apalagi saat itu lagi bulan ramadhan, bapak nggak takut untuk sedekah.

Dan ternyata tanpa menunggu lama, sore harinya bapak benar-benar dapat rejeki yang nggak disangka-sangka. Ibu pun cerita ke kami anaknya karena merasakan nyata amalan dari sedekah yang mereka kasih kemarin. Wallahu a'lam bishawab.


 مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً ۚ وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ


Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan memperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan. (Al Baqarah ayat 245)
Kami pun selalu diingetin terus supaya jangan lupa sedekah. Setiap kami anak-anaknya baru gajian, atau sekedar dapat rejeki apapun, ibu dan bapak memang sering mengingatkan bahwa uang yang kami dapat, sebagiannya adalah milik orang lain yang harus disedekahkan.

Bapak malah bikin kotak bertuliskan "sedekah musholah" yang diletakkan di meja makan, dengan tujuan agar kami anak-anaknya selalu ingat bersedekah. Kalau kotak itu penuh, bapak langsung bawa ke mushola dekat rumah.

Kadang kami anak-anaknya selalu mengelak kalau disuruh masukin uang ke dalam kotak dengan banyak alasan, uang cuma dikit, lagi nggak ada uang, dsb. Ibu selalu bilang, masa seribu aja nggak ada, walaupun sedikit juga namanya sedekah. Kalau udah gitu, ya kami nurut. Awalnya sulit tapi lama kelamaan terbiasa. Terbiasa ngeles, hehehehehehe :))

Kalau diantara kami ada yang kehilangan uang berapapun nilainya, entah ibu atau bapak pasti selalu nyeletuk, "kurang sedekah itu tandanya". Nyelekit sih iya, tapi dari situ jadi mikir, mungkin ada benarnya juga ya, uang yang hilang "mungkin" adalah uang yang seharusnya kita sedekahin.

Saya dan adik saya memang jadi sadar bersedekah. Berapa pun itu. Sedekah lah semampu kita, tanpa harus orang lain tahu. Ada yang bilang, apabila tangan kanan memberi, maka tangan kiri jangan sampai lihat.

Dan diriwayatkan dari Abu Hurairoh-rodhiallahu'anhu-dari Nabi-shollallahu 'alaihi wassallam - ia bersabda :


سبعة يظلهم الله في ظله، يوم لا ظل إلا ظله…”، وذكر منهم: “ورجل تصدق بصدقة فأخفاها؛ حتى لا تعلم شماله ما تنفق يمينه
"Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya ... (dan disebutkan salah satu dari mereka) ... dan laki-laki yang bersedekah kemudian menyembunyikan sedekahnya, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya" (Muttafaq 'alaih). HR. Al Bukhari 660, Muslim 1031 dengan riwayat sampai "hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya"
Bersedekah dengan ikhlas, tanpa harap imbalan. Bersedekah lah karena sebagian harta kita adalah harta orang lain yang dititipkan ke kita. Dan bersedekah lah untuk tabungan kita di akhirat.

لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak kami memberi kepadanya pahala yang besar. (An Nisaa ayat 114)


Semoga cerita nyata ini bermanfaat untuk kita semua :)



Cheers,
L



(Artikel ini diikutsertakan dalam IHB Blog Post Challenge Ramadhan)




Read More