Monitor Gerak Janin

1 comment
#latepost :)
Seharusnya saya posting ini ketika janin berusia 28 minggu, tapi susah banget buat buka laptop, maklum tepat di minggu itu hari lebaran. Jadi, saya nggak mungkin dong masih di depan laptop.

Ketika saya dan suami kembali cek kandungan di usia 27 minggu, saya dibekali kertas berjudul "Monitor Gerak Janin". Suster menjelaskan bahwa, saat memasuki usia 28 minggu, saya diharuskan untuk memantau gerak janin. Janin berusia 28 minggu keatas harusnya bergerak minimal 10 kali gerakan selama kurun waktu 12 jam. Jika tidak, maka janin harus diwaspadai. Dokter akan melihat penyebab janin kurang aktif tersebut.

Tepat di usia 28 minggu, saya mulai memperhatikan gerakan janin saya. Misal, saya merasakan janin bergerak, kemudian saya harus catat jam berapa. Gerakan kedua dihitung setelah jeda dari gerakan pertama. Jika gerakan pertama janin menendang-nendang berkali-kali, hitungannya tetap satu. Hitungan kedua dihitung ketika janin kembali bergerak dengan rentang waktu / jeda cukup panjang dari gerakan pertama.

Waktu yang dicatat di kertas, tidak harus pagi sekali setelah bangun tidur. Tapi diusahakan dalam kurun waktu 12 jam yang akan dilalui kedepan, si ibu tidak dalam keadaan tidur. Misalnya, dimulai dari jam 10 pagi, maka si ibu harus terjaga sampai jam 10 malam apabila gerakan janin memang belum sampai 10 kali. Lain hal apabila si ibu mulai menghitung dari jam 12 siang, ternyata jam 15.00 sudah lengkap 10 kali gerakan, maka ibu tidak harus menunggu sampai jam 12 malam. Waktu akhir dari gerakan ke-10 dicatat dikertas sebagai pelengkap.



Menurut saya sih bagus monitoring seperti ini, kita bisa memantau apakah janin aktif atau sebaliknya. Hal ini pun bisa membuat si ibu peka, dan mengetahui sejak dini penyebab-penyebab lain apabila janin memang tidak aktif.

Mungkin bisa dicoba dicatat sendiri kalau pihak RS lain tidak memberikan instruksi seperti ini. Buat pelajaran aja, in case janin tidak aktif dan harus ditangani segera.

Btw, saya belum infoin ya kalau saya pindah RS dari RSPI ke Hermina Depok. Why?
Karena pertimbangan jarak antara rumah ke RS yang lebih dekat. Kalau ternyata lahirnya normal kan nggak mungkin bela-belain macet ke RSPI. Kebetulan Dokter kandungan saya juga praktek di Hermina Depok, jadi nggak masalah, cuma beda RS aja.

Fasilitas memang beda dari RSPI, kalau mau USG 3D, kita harus minta karena tidak semua ruangan praktek ada 3D. Saya sih nggak pernah minta, tapi kalau kebetulan ruangannya lagi ada 3D, pasti kita pakai itu.

Di Hermina Depok, si ibu akan diberikan buku yang harus dibawa berisi catatan dokter tiap kunjungan. Saat awal saya pindah RS, dokter Bhim bertanya ulang catatan medis saya di awal kehamilan, untuk dicatat dibuku baru saya. Beda sekali ya dengan di RSPI karena sudah komputerisasi, kita nggak repot bawa-bawa buku, apalagi kalau catatannya hilang. Kekurangannya mungkin kalau sistem komputerisasi, catatan medis saya tidak bisa dilihat di RS lain, padahal dokternya sama.

Price never lies (lagi), biaya cek kandungan di Hermina setengah dari RSPI. Ya karena fasilitas tadi. Sisanya sama, dokternya sama, susternya pun sama, maksudnya sama-sama ramah :)

Cheers,
L

Alamat Herminanya bukan Depok :))


Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

1 komentar

Shout your comment here and thanks for dropping by :)