Saya tidak pernah mengerti benar apa yang saya alami saat remaja. Saya hanya tahu kalau siklus menstruasi saya tidak teratur. Kadang sebulan sekali kadang malah jeda dari bulan sebelumnya sampai kembali menstruasi bisa 2-3 bulan kemudian bahkan saat pertama kali saya menstruasi, jeda menstruasi pertama dan kedua hampir enam bulan. Waw !

Sebagai remaja yang cuek, saya pikir ini biasa, nanti juga datang lagi kok. Kejadian yang semakin sering saya alami ini menjadi biasa bagi saya. Saya tidak pernah tahu persis kapan selanjutnya saya akan menstruasi. Padahal siklus menstruasi wanita normal hanya 27-28 hari dihitung dari hari pertama menstruasi. Tapi bagi saya, tidak ada angka pasti.

Tahun 2012 lalu saya sudah merencanakan pernikahan dengan pacar saya (yang sekarang sudah menjadi suami saya). Rencana kami, di tahun 2013 kami menikah. Kami sudah mulai merencanakan detil akad nikah hingga resepsi tapi tiba-tiba suatu hari entah karena apa, saya teringat siklus menstruasi saya tidak stabil. Saya sangat takut penyakit 'entah apa itu' membuat saya lama punya anak. Akhirnya bulan Maret 2012 saya memberanikan diri mendatangi dokter kebidanan.

Saya memeriksakan diri ke RS Mitra Keluarga Bekasi, dokter yang saya pilih yaitu dr Herman Trisdiantono, SpOg. Saya telah mencatat siklus menstruasi saya dari enam bulan sebelum saya menemui dokter. Jadi ketika saya sudah diruangan si dokter, saya hanya menjelaskan mengenai siklus tersebut, yang memang kebetulan siklus yang saya catat sedang berantakan. 

Dokter Herman belum bisa banyak prediksi, ia hanya memeriksa saya lewat USG 2D dari atas perut untuk memastikan tidak ada kista di rahim saya. Setelah dicek memang rahim saya bersih dari kista. Kemudian dokter menyuruh saya cek darah. Cek darah yang dibutuhkan adalah mengecek kadar FSH dan LH, yaitu kadar hormon wanita dan pria dalam tubuh saya. Kemudian saya disuruh kembali datang minggu depan dengan hasil laboratorium tersebut.
Read More
Siapa sih wanita yang nggak bahagia di dunia ketika tahu dirinya hamil ?
Fase kedua setelah menikah ini adalah saat-saat yang ditunggu-tunggu pasangan yang baru menikah seperti saya. Bulan pertama setelah menikah pun sudah banyak sodara-sodara, teman-teman bahkan siapapun yang nggak sengaja ngobrol pasti nanya "udah hamil belum". Dan ini kayanya jadi pertanyaan wajib setelah menikah.

Saya sendiri mengalami ini dari yang jawab biasa aja sampai bosen. Ko nggak ada pertanyaan lain ya ?
Padahal punya anak itu sebenarnya pilihan. Setelah menikah siap kah si pasangan ini segera dikaruniai anak ? Atau kalaupun pasangan ini siap, apakah Tuhan siap memberikannya keturunan ? Siap atau nggak siap tergantung bagaimana pasangan tersebut membina rumah tangga mereka. Sudah masuk ke privasi masing-masing kan ya. Jadi, menurut saya tekanan pertanyaan "udah hamil belum" setelah menikah itu sangat-sangat mengganggu.

Saya harus rajin berusaha dan berdoa.
Usaha terus sih itu pasti. Hehehe. Berdoa juga pasti, karena itu tadi, tekanan yang kami dapatkan dari luar itu sungguh sangat pedih. Di jaman sekarang yang semakin terbuka, privasi hampir tidak dipahami lagi, termasuk pertanyaan gangguan tentang sudah punya anak belum itu yang bikin panas.

Alhamdulillah di bulan ketiga pernikahan kami, saya dan suami saya diberikan kepercayaan untuk menjaga dan merawat titipan Tuhan. Doa kami terjawab. Kami 'akhirnya' diberi anugerah indah itu. Saya pun sekarang sudah merasa mendekati sempurna sebagai seorang wanita. Mom to be. Menjadi seorang ibu bagi calon bayi didalam perut saya.

Usianya sekarang baru mencapai 20 minggu (5 bulan), semoga kami diberikan kesehatan terus dan kelancaran selama kehamilan ini hingga nanti kami dipertemukan empat bulan lagi. Amin.

Kehamilan ini sebenarnya seperti sebuah keajaiban bagi saya.
Kenapa ?
Karena saya pernah mengalami gangguan kesuburan, dikenal dengan nama PCOS. Mengenai penyakit ini akan saya bahas di postingan lain. Jadi, sebelum saya menikah, saya diprediksi susah punya anak. Tapi siapa sangka ? Jika Tuhan sudah berkehendak, maka terjadilah. Kuncinya usaha dan berdoa ^^

Cheers,
L




Read More