Tujuh tahun sudah saya aktif ngeblog. Ada masa dimana saya aktif sekali ngeblog, ada saat dimana saya benar-benar tidak menulis apa-apa di blog. Bukan karena bosan tapi lebih karena kegiatan leha-leha depan laptop untuk posting sesuatu tergantikan dengan ngetik kerjaan. Seharian kerja depan layar, ditambah harus ngepost blog, bagi saya saat itu sungguh melelahkan.

Saat saya berhenti ngeblog, bukan berarti saya nggak nulis lagi. Saya masih ngepost dua sampai tiga tulisan dalam rentang waktu tiga bulan. Saya hanya menulis karena harus ngisi blog, bukan karena ingin ngeblog lagi. Kadang keinginan besar sekali datang untuk posting sesuatu di blog, tapi tiba-tiba buka laptop, perasaan itu hilang. Tsah! Hahaha.

Masa jaya blog saya tujuh tahun lalu seakan jadi cerita-cerita manis. Membaca blog pribadi seseorang kadang jadi ingat, "Dulu gue juga ngeblog loh!" 

Rasa bangga bisa ngubah-ngubah template klasik sesuai keinginan saya sendiri (pakai kode html) masih ada sampai sekarang. Sampai-sampai saya punya akun photobucket hanya untuk ngubah foto ke bahasa html. Dari blog pula, saya punya teman dari berbagai daerah bahkan luar negeri, yang sampai saat ini, kami masih keep in touch.

Semua jenis akun blog pernah saya buat, dari Multiply, Blogspot, Wordpress, sampai Tumblr. Hanya karena saya ingin cari jurnal online yang paling oke buat nulis. 

Kegiatan saya tujuh tahun lalu nggak lain adalah ngeblog, blogwalking, nulis di cbox atau shoutmix blog orang lain, komen postingan orang, ngubah template ini itu, dan banyaaakkkk hal lain yang 'ada aja' saya bisa tambahin di blog.

Kegiatan itu bertahan tiga tahun dari 2008 - 2011. Dimana pada 2011 saya mulai sibuk kerja. Lupa yang namanya ngeblog, saya sibuk dengan dunia baru saya, dunia kerja. 

Hingga akhirnya keinginan untuk ngeblog kembali menggebu-gebu setelah menikah. Banyak hal yang ingin saya tulis untuk jadi referensi ibu baru (khususnya mahmud : mamah muda :p). Karena saya yakin, pengalaman yang saya alami bisa jadi pelajaran untuk orang lain. 

Memang berbeda sekali dengan blog lama saya yang isinya 'anak muda' banget (baca: curhat). Percintaan, pertemanan, kehidupan sosial, pergaulan dan lain lain. Tapi ya sudah lah, yang berlalu biarlah berlalu. Bikin blog lagi, nulis lagi, this is new me.

So .. Inilah resolusi blog 2015 saya :

AKTIF NGEBLOG (LAGI)

Simple thing. 
Nulis resolusinya harus di bold dan capslock, supaya inget :p
Dengan aktif ngeblog lagi, saya bisa mengembalikan masa kejayaan blog saya dulu. 

Minimal satu bulan, harus posting satu tulisan. Dengan ngeblog pula saya bisa punya banyak teman, gabung di komunitas, bisa kasih banyak info untuk siapapun yang baca blog saya, dan insyaallah jadi pelajaran yang menginspirasi banyak orang. Caile suit suit .. 

Bismillah ..
Ayo ngeblog !!!



Cheers,
L



Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi IHB Blog Post Challenges

Read More
Sudah disinggung di postingan sebelumnya kalau Baby L sempat kena ruam popok atau disebut juga Diapers Rash. Waktu itu masih baru lahir banget, sekitar usia 3 minggu. Ada merah-merah di pantat kanan dan kiri Baby L. Bentuknya memanjang, dekat anus, dan kalau disentuh kulitnya tebal.

Saya yakin sekali itu ruam karena sebelumnya sempat diceritakan oleh adik ipar saya ciri-ciri ruam seperti apa. Sedikit panik tapi saya santai ajalah, toh ini cuma ruam bisa dihilangkan. 

Untungnya saya sudah beli krim ruam popok, walaupun waktu itu asal beli aja yang penting punya dulu, tapi nyatanya sekarang sungguh berguna. 

Baby L pakai Zwitsal Baby Cream with Zinc. Kenapa pakai Zwitsal ? Ya itu tadi karena asal beli aja. Waktu itu beli sekalian sama alat mandi, jadi disamain aja semua merknya.

Alhamdulillah Baby L cucok pakai itu. Setelah 2 hari, ruamnya hilang begitu saja. Kulitnya kembali lembut tanpa bekas. Sekarang PR-nya ya tinggal dijaga aja kebersihan diapersnya.

Gimana cara menghilangkan ruam / diaper rash ?
1. Ganti dispo / popok / clodi sesering dan sebisa mungkin. Jangan tunggu sampai penuh apalagi lebih dari enam jam. Untuk dispo biasanya saya mengganti setelah 4 jam, maksimal 6 jam.
2. Bilas pantat dengan kapas yang dibasahi air ke seluruh daerah yang terkena pipis bayi. Jangan menggunakan tissue basah kalau tidak sedang berpergian atau kepepet.
3. Setelah dibersihkan dengan kapas basah, keringkan pantat dan sekitar kelamin bayi dengan kapas kering / tissue kering sampai benar-benar kering. Gunanya agar tidak lembab.
4. Biarkan beberapa menit bayi tanpa dispo dulu, agar kulit bisa bernafas. Baru dipakaikan dispo lagi.
5. Oleskan krim ruam ditempat ruam dan sekitarnya, baru lah gunakan kembali dispo baru.

Read More
Baru baca judulnya aja udah langsung mikir pasti, "ih ibunya nggak go green banget sih!" Iya sih memang. Tapi, bukannya nggak mau go green, apalagi hemat uang, tapi tenaga yang nggak kuat kalau pakai popok. Kan ada clodi ? Tetep aja kan harus rajin dicuci, kalah nggak ya bau ompol dan clodinya rusak.

Waktu lagi hamil memang niat banget pakein Baby L clodi. Tapi pada kenyataannya setelah melahirkan, punya waktu tidur aja udah sukur. Maklum lah, full time mommy nggak pakai PRT. Jadi, ya semuanya keperluan Baby L disiapin sendiri. Termasuk cuci mencuci, yang mana cucian masukin aja lah semua ke mesin. Kadang juga nyucinya sesuai keadaan mata, tau kan rasanya bulan-bulan pertama itu anak bayi suka banget ngeronda.

Jadi si ibu yang niat mau go green mengurungkan niatnya. Pas sembilan bulan kehamilan, sudah menyiapkan dispo sekantong besar merk Mamy Poko isi 84 dan Nepia isi 84 juga. Setelah habis sempat nyoba Merries, Pampers, dan Goon.

Berikut ini reviewnya :

1. Mamy Poko
Harganya sekitar 150 - 160 ribu sekian (tergantung beli dimana), isi 84 warna biru yang extra dry. Beberapa kali pakai okay nggak ada masalah tapi kok tiba-tiba Baby L ruam popok. Sempat khawatir karena masih umur beberapa minggu sudah kena ruam. Mungkin ibunya yang salah kali ya. Tapi perasaan selalu ganti 2-3jam sekali, kalau BAB malah langsung ganti. Maliq juga nggak pakai tissue basah, selalu pakai kapas dibasahin air. Jadi entah karena dispo atau salah pemakaian.

Waktu pakai mamy poko ini juga pernah bocor samping padahal baru dipakai dan pemakaiannya benar. Entah karena apa. Daya serapnya kurang cepat sih kalau menurut saya. Baru dua jam Maliq sering nangis karena lembab, kalau diganti nangisnya berhenti. 

Kekurangan lainnya tidak ada indikator penanda penuh. 

Nilai 6.5

2. Nepia
Ini dispo favorit pertama Maliq. Waktu di rumah sakit, Maliq dipakaikan Nepia. Performanya bagus. Cutingnya besar dan lebar, nggak pernah tembus samping. Ada indikatornya, ini penting banget sih buat saya. Daya serapnya oke banget. Permukaannya lembut, luarnya juga sama lembut. 

Jadi, dibeliin Nepia terus deh sampai sekarang. 

Kekurangannya susah dicari. Tidak ada di swalayan kebanyakan. Maliq selalu beli di Toko Bayi yang besar, harganya sekitar 150 - 160 ribu sekian (isi 84 buah).

Nilai 8.5

Read More