Akhirnya saya memasuki usia kandungan 30 minggu. Persiapan kelahiran sudah sekitar 60%. Kebutuhan pokok seperti baju, celana, kain bedong, dll, juga sudah punya (list kebutuhan bisa dilihat disini). Tinggal melengkapi aja sih, seperti alat mandi, box bayi, dan stroller. Karena menurut saya dan suami sih, kebutuhan pelengkap lainnya bisa dibeli ketika bayinya sudah lahir, jadi bisa disesuaikan sama keadaan bayinya besar atau kecil hihihi

Saya mau cerita tentang cek retina dulu yah. Oiya mungkin kalian belum tahu kalau saya penderita Miopi (baca: mata minus). Mata kanan dan kiri saya minus 4.75, lumayan gede. Jadi, dokter kandungan saya menyarankan saya harus cek retina apabila ingin lahiran normal. Kenapa ? Karena dikhawatirkan retina saya tidak kuat menerima tekanan saat mengejan.

Minggu lalu saat usia kandungan 29 minggu, akhirnya saya cek retina. Demi ingin ikut senam hamil, saya memaksakan suami saya untuk cek retina terlebih dahulu. Kalau ternyata retina saya tidak kuat untuk mengejan, berarti kan saya nggak usah ikut senam hamil dong ya, langsung aja di SC.

Kami memilih periksa di Jakarta Eyes Center (JEC) Kedoya. Kenapa harus di JEC ? Karena lokasinya dekat dengan kantor saya :p

Fyi, JEC Kedoya tidak menerima daftar via telpon. Nomor antrian diberikan saat kedatangan. Sebelumnya saya sudah coba daftar lewat telepon tapi operatornya bilang, saya hanya dijadwalkan saja bertemu dengan dokter yang saya mau, untuk nomor antrian diambil saat kedatangan. Sedangkan untuk JEC lainnya bisa daftar lewat telpon.

Read More
Mungkin postingan ini sedikit menyinggung perasaan wanita yang belum diberi kepercayaan oleh Tuhan mendapatkan anak. Jadi, saya mohon maaf sebelumnya apabila kurang berkenan. Saya ingin mengutarakan apa yang ada dipikiran saya :)

Banyak pasangan suami istri yang sudah bertahun-tahun menikah tetapi belum dikaruniai anak. Mungkin sudah berkali-kali mendatangi dokter, mungkin sudah dengan segala cara alternatif lain selain dokter atau mungkin juga belum sama sekali konsultasi karena takut.

Sebelum saya positif hamil, saya dan suami saya sempat berpikir, kenapa kami belum diberi anak ?
Padahal kami memang baru 2 bulan menikah, dan terlalu dini bertanya "kenapa ?" 

Kami seperti kembali mengingat yang lalu-lalu. 
Mungkin kami telah melakukan kesalahan atau mungkin perilaku kami belum cocok untuk menjadi orang tua.
Banyak "mungkin" yang kami pikirkan. Kami memang tidak lantas ke dokter untuk program hamil, tapi seperti berbenah diri. Melihat ke masa lalu, adakah yang harus kami perbaiki agar kami dipercaya untuk dititipkan anak ?

Saya pernah tersentil dengan perkataan teman saya, bahwa kamu akan diberi jodoh sesuai keinginanmu apabila kamu "memantaskan" diri kamu
Read More
Masuk ke usia kandungan 22 minggu itu sudah semakin 'berasa' ada yang dibawa-bawa didalam perut. Karena postur tubuh saya 'langsing' banget (baca: kurus) jadi baru inilah terlihat hamil. Awalnya masih seperti cewek busung lapar, lama-lama ya tetep aja sih kaya cewe busung lapar :p

Disyukurilah apapun yang terjadi. Alhamdulillah :)

Ngomongin tentang kehamilan yang semakin membesar, pasti ada kekhawatiran tersendiri badan udah nggak sebagus dulu. Keliatan dari bentuk yang udah melebar walopun dikit, kaki agak gemuk, pinggul dan pantat mulai keliatan berisi, dan pasti perut yang dikhawatirkan timbul stretch mark. Saya sih nggak terlalu pusing, dikit sih, karena memang dari masih remaja saya rajin pakai body lotion sampe ke perut.

Entah kenapa, hampir seluruh badan saya oles lotion, padahal nggak kena sinar matahari juga. Awalnya karena saya suka wangi lotion yang nempel di kaos tapi lama-lama jadi kegiatan 'wajib' habis mandi dibalur lotion seluruh tubuh. Lalu ketika hamil jadi inget, kayanya harus ganti lotion khusus ibu hamil, hitung-hitung mencegah stretch mark.

Sebelum saya sempat beli, saya dikasih adik ipar saya lotion dari Mothercare khusus stretch mark. Karena dia sudah nggak pakai, jadi cream itu dilungsurkan ke saya. Bentuknya sama seperti cream pada umumnya. Tidak terlalu lengket, tapi wanginya menurut saya mengganggu. Mirip sekali dengan minyak kelapa. Karena saya nggak suka baunya, jadi itu cream cuma dipakai beberapa kali. Harganya sekitar Rp. 190.000 ,-
Read More


Di suatu sore yang indah, saya tiba-tiba anyang-anyangan. Tau kan ya perasaan mau pipis yang sering banget kerasa walopun udah pipis. Waktu itu usia kandungan saya baru 7 minggu, persis setelah saya flek. Semakin malam, pipis itu jadi nggak bisa berhenti setiap satu jam sekali. Tidur malam saya sempat bangun sebanyak 4 kali.

Saya pikir itu normal, karena katanya ketika kandungannya sudah menekan saluran kemih, perasaan ingin pipis semakin sering. Tapi kandungan saya kan masih kecil, kok bisa-bisanya udah menekan. 

Besok paginya, jadi semakin sering pipis. Siang hari semakin parah, malah saya bisa ke toilet tiap 15 menit sekali. Anehnya, setiap saya pipis itu sakit banget, malah saya seperti mengejan karena sakit sekali. Setelah pipis yang semakin sering itu, saya nggak sengaja melihat darah keluar berbarengan dengan air seni. Penasaran dong ya, saya browsing sana sini cari info. Info yang saya baca mirip dengan penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK).

Lalu, saya whatsapp dokter Bhim dan menjelaskan detil tentang perasaan yang nggak bisa ditahan ini. Cieeeeeee.. uhuy..

Dokter langsung menyuruh saya cek laboratorium, periksa urine lengkap. Tanpa berlama-lama, saya lalu cek lab. Malam itu juga hasilnya keluar. Saya langsung foto hasil lab untuk dikirim ke dokter Bhim. Dokter lagi nggak bisa ditemui dan lagi ijin nggak masuk di RSPI, karena ada tindakan lain.

So, atas instruksinya saya kirim hasil lab. Tanpa basa basi, dokter Bhim kemudian meresepkan saya Monuril 3g, diminum sekali saja. 

Penjelasannya, saya diindikasikan terkena Infeksi. Leukosit saya tinggi dan memang ada darah di urine saya. Saya cukup minum Monuril sekali saja. Bentuknya bubuk seperti Oralit lalu dicampur dengan air putih setengah gelas. Obat ini aman untuk ibu hamil.

Fyi, Monuril ini susah nyarinya. Saya baru nemu di apotik Kimia Farma, apotik ketiga yang saya kunjungi. Saya pikir itu obat murah karena cuma beli satu sachet, tapi ternyataaaaaaaaaa ... satu sachet harganya sekitar 180 ribu. 

Mau teriak rasanya ke petugas apotik yang ngelayanin. 
APAAAAA??? SEGINI DOANG 180 RIBU ???

Read More