Hai hai !
Beberapa bulan lalu, saya melihat social media heboh dengan pemberitaan seorang anak Ustad menikah di usia 17 tahun. Pembahasan ini sebenarnya ingin sekali saya bahas saat itu juga, tapi berhubung postingan saya ter-schedule dan nggak ada slot kosong (caile !) jadilah tema ini kepending lama.
Saya flashback saat usia saya 17 tahun, dimana saya masih imut-imutnya berseragam putih abu-abu. Dunia saya pun masih terlihat abu-abu, hal yang benar kadang sulit kita jalani, sedangkan yang salah malah terlihat indah, semua abu-abu. Maklum, remaja. Segala hal suka dicoba-coba, termasuk hal yang salah. Saya masih di bangku sekolah pada saat itu, masih perlu banyak belajar mengenal diri saya sendiri, mengenal pergaulan, memilih jalan saya sendiri, dan masih dibimbing orang tua untuk bisa menelusuri jalan berikutnya mana yang harus saya pilih.
Bagi saya, masa remaja di usia itu adalah masa pembekalan, cikal bakal saya yang sekarang.
Orang tua saya sepenuh tenaga banting tulang membentuk saya menjadi "orang", agar saya punya bekal setelah lulus, saya bisa mandiri, menghidupi diri saya sendiri, dan mengangkat derajat orang tua saya. Seperti itulah kira-kira.
Sedangkan menikah di usia 17 tahun ?